1. Tanah setengah matang
Tanah setengah matang
adalah tanah berprospek yang terletak di luar daerah pemukiman atau yang
masih jarang bangunannya. Prospek tanah 1/2 matang dapat dilihat dari
ada tidaknya rencanapembangunan di daerah tersebut. Pembangunan ini
meliputi jalan protokol, fasilitas umum seperti pasar dan lain-lain.
Akan lebih berprospek lagi jika tanah 1/2 matang tersebut dilalui oleh
kendaraan umum. Tanah mahal di daerah padat penduduk bukan berarti tidak
bernilai. Tanah di daerah padat penduduk juga cukup bernilai namun
dikarenakan harganya sudah standar alias banyak yang tahu prosentase
peningkatan harganya tidak sebesar pada tanah 1/2 matang. Tanah 1/2
matang yang berprospek bisa berupa sawah, tegalan dll. Di peta
perencanaan tata ruang tanah, kita bisa melihat peruntukan tanah di
daerah-daerah 1/2 matang.
Ada yang diperuntukkan
bagi perdagangan, pemukiman, jalur hijau dll. Diantara berbagai
peruntukan ini, jangan memilih tanah yang diperuntukan bagi jalur hijau.
Tanah di jalur hijau akan sulit mendapatkan IMB, sehingga peluang
capital gain kita menjadi lebih sedikit. Sebaliknya, kita bisa memilih
tanah yang diperuntukan bagi perdangangan atau pemukiman. Tanah di
daerah ini, jika suatu saat memang berkembang menjadi arena perdangan
atau pemukiman, tentu harganya bisa berlipat-lipat.
2. Jarak dari pusat kota
Ini sudah banyak
diketahui. Semakin dekat lokasi tanah dari pusat kota, semakin mahal
pula harganya. Di pusat kota, hampir semua fasilitas kehidupan ekonomi
dan sosial tersedia. Semakin keluar dari pusat kota, fasilitas ini
semakin berkurang. Namun jika ditinjau dari segi bisnis dan investasi
tanah yang jauh dari pusat kota pun tidak kalah prospektifnya. Ketika
bicara soal bisnis dan investasi, bukan mahal atau tidaknya tanah yang
menjadi satu-satunya pertimbahangan. Seberapa besar prosentase
keuntungan yang akan didapatkan. Tanah di pusat kota mungkin bisa kita
jual dengan harga mahal, karena ketika membeli boleh jadi memang sudah
mahal. Tapi tanah di daerah pinggiran namun bisa terjual dengan mahal
bisa jadi lebih menguntungkan karena pada umumnya harga tanah di
pinggiran lebih murah.
3. Bentuk tanah
Tanah yang ideal adalah tanah yang
berbentuk persegi. Persegi panjang juga cukup bagus selama lebar muka
sekitar 40-75% dari panjangnya. misalnya; 9 x 20 m 6 x 15 m 15 x 20 m 12
x 20 m Tanah yang lebar mukanya terlalu sempit biasanya hanya bisa
dipergunakan untuk gudang. Bentuk tanah lain yang cukup diminati adalah
trapesium. Trapesium adalah semacam persegi. Dari kedua jensi trapesium
ini sebagian orang beranggapan bahwa tanah yang cukup diminati ada yang
bagian depannya lebih sempit daripada bagian belakangnya. Jika dibuat
rumah, jenis ini akan membuat bagian rumah lebih lebar daripada bagian
terasnya. Dan tentu saja, jika kita pikirkan mengenai prosentasenya,
sebagian besar orang pasti lebih lama tinggal di dalam rumah daripada di
teras rumah. Selain itu kedataran tanah juga perlu dipertimbangkan.
Untuk mendirikan bangunan, tentu orang akan memilih tanah yang datar.
Tanah yang tidak datar bisanya memaksa orang untuk melakukan pengurugan
yang menambah biaya. Jika kita berpikiran sebagai pembeli, kita tentu
akan mempertimbangkan hal ini dalam negosiasi harga.
4. Ukuran Tanah
Membeli tanah di daerah yang menjadi
calon daerah elit atau tempat orang berkemampuan ekonomi tinggi
sebaiknya kita pilih yang berukuran lebar. Minimal 400m2. Orang-orang
berkemampuan ekonomi tinggi biasanya memiliki kebutuhan hidup yang
tinggi pula. Tanah yang kecil tentu bukan menjadi pilihan mereka.
Sebaliknya, untuk tanah di daerah orang berkemampuan ekonomi menengah
kebawah, tanah berukuran sedang atau kecil bisa menjadi pilihan bagus,
misalnya; 90m2, 120m2, dan maksimal 200m2.
5. Hadap Tanah
Secara umum, tanah yang diminati adalah
tanah yang menghadap ke arah utara atau selatan. Alasannya sederhana,
tanah yang menghadap ke arah utara atau selatan memiliki penyinaran
matahari yang merata sepanjang tahun. Sedangkan pilihan berikutnya
adalah tanah yang menghadap ke arah timur. Tanah yang menghadap ke arah
timur memperoleh penyinaran matahari pagi yang menghangatkan dan baik
bagi kesehatan.
6. Sebelah tanah
Tanah yang bersebelahan dengan makam pada umumnya jarang diminati.
7. Kepadatan dan Kerataan Tanah
Pada artikel sebelumnya kita telah
membahas mengenai perbandingan harga tanah sawah dan harga tanah
pekarangan. Mengapa harga tanah sawah lebih murah daripada harga
pekarangan? Memang sawah dapat menghasilkan tambahan pemasukan jika
ditanami secara serius. Tapi jika hendak didirikan sebuah bangunan,
tanah sawah memerlukan pengurugan yang memakan biaya yang tidak sedikit.
Sedangkan tanah pekarangan, umumnya bisa langsung didirikan bangunan.
Inilah yang menjadikan sebagian kalangan mau membayar tanah pekarangan
lebih mahal daripada tanah sawah. Tapi tentu saja, pada beberapa kasus
seperti tanah pekarangan yang kurang merata atau dari bekas urugan
sampah, masih perlu pembenahan dengan menambah urugan tambahan agar
kepadatan tanah menjadi lebih solid.
8. Keamanan
Yang ini tidak perlu kita bahas lebih
detail. Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa tanah yang terletak di
daerah yang aman harganya berpeluang untuk menjadi lebih mahal
dibandingkan tanah dengan kondisi yang sama namun rawan kejahatan.
No comments:
Post a Comment
Mohon Berikan Komentar Yang Berkualitas dan Membangun