Semua orang ingin berinvestasi, demi meningkatkan kesejahteraan dan
taraf hidup. Namun, tentunya berinvestasi harus punya sejumlah modal.
Ada satu pertanyaan kritis yang kerap menjadi perdebatan, yakni jika
tidak punya modal, apakah boleh berinvestasi dengan menggunakan utang?
"Ini
suatu hal yang wajar karena banyak yang ingin berinvestasi tapi nggak
punya duit. Kalau sudah bertahun-tahun seperti 4 atau 5 tahun itu boleh
berutang (untuk investasi)," kata Ketua Asosiasi Perencana Keuangan
International Association of Registered Financial Consultants (IARFC)
Indonesia Aidil Akbar, di Jakarta, beberapa hari lalu.
"Ini dari
perspektif saya pribadi yang memulai investasi sejak tahun 1995. Karena
saat itu, belum ada gangguan krisis moneter, jadi saya bisa menggunakan
utang," katanya.
Sedangkan pada saat ini, dia menyarankan mulailah
dengan uang yang ada. Artinya dimiliki sendiri, tidak mengganggu biaya
utama dalam hidup, dan tidak berutang. Dia mencontohkan, investasi
jangan menggunakan uang belanja.
"Kalau di awal baru mulai saya
sama sekali tidak menyarankan untuk berutang. Nah kalau sudah jalan, kan
ada margin dari broker. Itu kan sudah utang. jangan serta merta
langsung," sebutnya.
Ia mengatakan, kalau sudah mendapat marjin
yang cukup dari hasil investasi sebelumnya, maka tidak menjadi masalah
jika ingin berinvestasi berikutnya menggunakan utang.
Mengenai pola pikir
Selain
itu, salah satu hal penting yang patut didiskusikan mengenai investasi
adalah soal pola pikir. Ada kecenderungan, pola pikir atau mindset para
investor saat ini masih keliru. Banyak orang mengira invetasi saham bisa
dilakukan hanya dengan menebak-nebak pasar berdasarkan perasaan.
"Jadi
ada mindset yang salah. Orang-orang ini paling sering beli saham atau
investasi pakai feelling, ini menurut saya sudah kemurahan dan banyak
terjadi di pasar. kebanyakan masih pakai feelling," ungkap Equity
Capital Market Retail PT Mandiri Sekuritas Fath Aliansyah Budiman.
Investor, menurutnya sering hanya mendengar kabar angin. Artinya kurang memiliki data sebelum melakukan aksinya.
"Orang
beli karena katanya, feellingnya. Ini gambarannya lucu, jadi saya beli
karena itu mau naik atau mau beli itu karena kabar-kabar yang gak jelas
di pasar," sebutnya.
Akibatnya investor mengalami mimpi buruk
sepanjang harinya. Bagaimana tidak, jika psikologis investor sudah
mengalami dampak buruk.
"Karena itu malam hari mimpinya grafik,
tidurnya nggak nyenyak. Kan panik karena Dow Jjones dan di luar negri
sepeti apa. Akhirnya semua itu harinya nggak ada yang enak, semua yang
ditemui akan salah, karena itu masuk nya ke psikologi kan," jelasnya.
Ia
mengingatkan investor harus dapat bersikap tenang, apapun kondisinya.
Apalagi jika ingin melakukan sesuatu tapi tidak memiliki data.
"Itu yang kita ingin ubah mindset-nya. Karena terlalu dinamis mau dicoba ditebak-tebak itu susah sekali," kata Fath. (bn)
No comments:
Post a Comment
Mohon Berikan Komentar Yang Berkualitas dan Membangun